Friday, October 26, 2012

The Way You Look at Them

Poems for Gaza
Gaza Poetry
Poems of the NAKBA: the Holocaust of the Children of Palestine


I, too, have a dream ...
that one day they will see me as I am:
a small child, lonely and afraid,
staring down the barrels of their big bazookas,
knowing I did nothing
to deserve their hatred.
―The Child Poets of Gaza



Setitik di baris pertama kita membaca hal yang klasik. yah, everybody have their own dream. tapi ketika di baris kedua, nah loh? kok bukan mimpi jadi orang terkaya di dunia atau jadi the next generation of steve jobs atau menjadi pioneer di bidang tertentu atau menjadi penguasa nomor 1 di daerah tertentu?


Di jaman serba cepat seperti sekarang, ketika menunggu orang lain dirasa terlalu lama maka kita akan berjalan sendiri. intinya hidup more individually, more independent. jadi, kadang kita gak peduli tentang seperti apa orang memandang kita yang penting urusan kita lancar, goal tercapai, and that's it! i got what i want, what the h*ll people think about me. intinya, sejak asas 'lo lo gue gue' merebak mindset manusia modern, manusia yang harusnya lebih modern dari kita (yaitu. anak-anak) bermimpi agar orang lain melihat mereka seutuhnya.

itulah Gaza guys.

itulah mimpi anak-anak di perbatasan Gaza.

itulah jeritan hati yang menyeruak hingga merengut nyawa demi nyawa mereka.

tentu bukan masalah baru, bukan info hangat, dan bagi para pemburu berita bukan lah ladang pengeruk harta yang subur. seakan hal ini telah menjadi klasik. biasa. hambar.
Tapi apa yang terjadi pada orang-orang di Gaza adalah KLASIK kalau kelaparan, BIASA anak-anak mati dipinggir jalan, dan HAMBAR rasa hati bahkan menangispun tak tergetir lagi.

menilik foto diatas, adalah foto si kecil yang memakai jaket hitam serta celana panjang cokelat. membawa beberapa balon yang sudah bisa membuat syaraf wajah lugunya berada pada titik terbaik, yaitu: senyuman.
si kecil ini tak punya masalah, tak punya keluhan. tak peduli kumuh lingkungannya, tak peduli akan kesendiriannya, yang ia inginkan adalah bermain dengan balon itu. persetan dengan uang di dompet ibunya atau pemegang jabatan tertinggi di negaranya.

lalu dimana masalahnya?

kenapa dia dan semacam dia menjadi harus pula diratakan dengan puing-puing bangunan? harus terlempar dengan ledakan? harus berdarah dengan kepala hancur? ia bahkan tak mempermasalahkan apa-apa yang disekitarnya.



Demi nadi yang mengalir darah, hujan pedang pun dirasa lebih baik daripada jika kita mengalami apa yang dialami penduduk Gaza. Dan jika suatu ketika ada orang yang nanya nih ama gue sambil ngomong :"Demi darah perjuangan yang sudah harus mengalir dari para malaikat kecil (di Gaza) ini, maka apakah perjuangan yang mengalir darimu?"
gue hanya bisa diam. malu. membisu. bahkan untuk menjawab "tidak ada" pun suara gue mungkin bakal parau.



Maksud dari postingan ini sendiri hanya untuk mengingatkan saja pada kalian, bahwa Gaza masih dalam keadaan 'seperti itu'. Maka ingatlah ketika kalian merasa terpuruk, gagal, dan putus asa, maka resapilah makna perjuangan itu sendiri.  Ketika pejuang kecil kita merelakan tiap cucuran darah yang mengalir hanya demi sepenggal nafas, maka tidakkah kalian malu jika ingin menyerah?

sekedar renungan, kawan.

source (poem & pict) : http://www.thehypertexts.com/Gaza%20Poetry%20Poems%20for%20Gaza%20Nakba%20Palestinians.htm

No comments:

Post a Comment