Thursday, July 20, 2017

My Acne Story : Bergelut Dengan Jerawat Selama 14 Tahun


Hai hai. Selamat datang ke blog yang super berdebu ini. FYI, blog ini udah 5 tahun gak aku sentuh, kalo ini blog ibarat rumah pasti sudah angker luar biasa. Membuka blog ini lagi ibarat kesedot ke mesin waktu which I find out that I was so alay as hell and I can’t figure it out. Makanya ada beberapa postingan yang tingkat alaynya kelas berat aku binasakan, sisanya? Ya masih alay juga sih tapi menurut aku masih bisa ditolerir lah ya :p

Enough for the intro, lets jump right to the topic. Sesuai judulnya, tulisan ini ditujukan untuk berbagi pengalaman kepada kalian yang KHUSUSNYA punya masalah kulit yang sama kayak aku. Jenis kulit aku ini super oily dan berpori-pori besar. Sungguh dua kombinasi yang sempurna untuk menghadirkan berrrrbagai masalah kulit seperti jerawat dan kulit kusam. I’ve been struggle for this like forever tau nggak sih. Dan setelah 14 tahun “berperang” dengan masalah kulit tersebut, aku mulai menemukan titik terang dari ini semua #asiiik

Pertama Kali Jerawatan
Jenis kulit aku yang super oily dan berpori-pori besar merupakan turunan dari kulit ayah aku. Maka dari itu, dari kecil wajah aku gampang kusam dan kalau dipakein make up gampang banget lunturnya. Waktu kelas 2 SD, aku pernah di make up untuk acara kartini and guess what? Baru 2 jam make up aku udah luntur gak bersisa. Maka dari itu, gak heran waktu pertama kali menstruasi (kelas 5 SD), masalah kulit aku naik satu level yakni jerawat bruntusan yang padet banget di jidat. Sampai aku SMP kelas 3, jerawat aku masih stay put di jidat aja dan aku pun gak mempermasalahkan karena dulu aku pakai poni untuk menyamarkannya.

Fase Kedua : Jerawat Menyebar
­Ketika SMA, perlahan jerawat aku makin turun mulai dari memenuhi rahang sampai mulai merambah pipi. Karena dulu aku (sampai sekarang sih :P) anaknya rada serampangan dan cuek luarrr biasa, akhirnya aku biarin aja wajah aku apa adanya itu, yang jerawatan dan kusam udah kayak insan yang gapernah cuci muka seumur hidup.

 Mulai Kenal Skin Care
Sampai akhirnya ketika kuliah, aku kuliah di Jakarta dan I’ve to admit kalo lebih banyak refensi cewek-cewek yang cantik-cantik banget. Sampai akhirnya aku sadar kalo cewek-cewek cantik itu bisa cantik karena wajahnya mulus dan cerah (kemane ajeee conk). Aku pun mulai coba ke skin care clinic mulai dari klinik N yang paling mainstream, klinik E yang cukup mahal menurut aku, klinik S, rangkaian produk MLM elit merk NS (ini produk yang paling mahal yang pernah aku coba), sampai aku pernah coba krim no brand yang beredar di pasaran. Believe me, I tried them all dan hasilnya sama-sama aja. Kulit aku putih banget jadinya tapi gak ada satupun yang menuntaskan masalah jerawat aku.

Fase Titik Balik
Aku pakai skincare selama 4tahun kuliah dan 1 tahun kerja, jadi total 5 tahun. Sampai pada akhirnya muka aku break out parah banget nget dan aku ngerasa muka aku gak pernah separah ini sebelumnya. For your reference, I attach the pict as below, tapi kalo kamu orangnya jijikan lebih baik gausah liat ya.





KONDISI FEBRUARY 2017






Sebenarnya jerawat yang aku punya menyebar sampai leher, tapi foto yang aku share hanya bisa segitu aja ya.

Sampai pada akhirnya aku ke dokter Kun yang merupakan suhu perjerawatan termahsyur se saentro Jakarta, haha. Untuk resevasinya, gausah ditanya lagi butuh P-E-R-J-U-A-N-G-A-N.  Aku coba telepon 250 kali untuk bisa masuk ke line adminnya sampai akhirnya aku bisa bikin janji dengan Dokter Kun meskipun weekday. Krim yang diberikan beliau seperti krim dokter kulit pada umumnya yakni krim siang, malam, dan sunblock which is not really works on me. Karena untuk kulit super oily kayak aku, krimnya terlalu greasy dan membuat kulit kusam aku gak lebih baik sama sekali, padahal fungsi utama krimnya adalah untuk whitening. Tapi… yang paling ajib dari semua produk Dokter Kun adalah obat minum Roaccuten-nya. Obat minum ini, kalo di aku aku gak bikin purging yang parah kayak review beberapa orang. Saat mengkonsumsi Roaccuten, jerawat aku keluar satu persatu. Namun fasenya bergantian, jadi sebelum jerawat selanjutnya keluar, jerawat sebelumnya sudah mongering dan begitu terus sampai gak ada lagi jerawat yang keluar. Bekas jerawat aku pun memudar dalam jangka waktu yang cukup cepat. Berikut adalah foto aku setelah 2 bulan setelahnya.


KONDISI APRIL 2017











 Hasilnya Bagus sih, Tapi…
Perlu diketahui bahwa efek samping dari Roaccuten adalah Infertile atau Tidak subur pada wanita (aku kurang tau apakah berlaku juga pada pria). Maka dari itu, ketika pertama kali konsultasi Dokter akan bertanya apakah sedang program hamil atau tidak. Dikarenakan aku cukup puas dengan hasil yang didapatkan selama dua bulan, meski belum mulus-mulus banget dan masih ada beberapa jerawat, aku memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi Roaccuten. Aku ngerasa gak adil aja sama Rahim aku kalau sampai kena efek buruk karena aku mencoba mengobati masalah yang ada pada wajah aku. It’s not even worth it karena bagi aku the most important part of woman being adalah rahimnya. Meskipun banyak anggapan bahwa Roaccuten tidak seburuk itu kalau dikonsumsi dengan dosis yang pas but STILL there’s a risk.

Dan Kini
Aku mencoba menyayangi tubuh aku dan mencoba berdamai dengan segala masalah yang ada. Disini aku mengubah cara pandang aku yang selama ini “berperang” dengan jerawat dan kulit kusam menjadi “berdamai” dengan keduanya. Aku mencoba berpikir kembali bahwa selama ini jerawat aku yang tidak berujung merupakan hasil detoksifikasi residu krim-krim dokter yang tertinggal di kulit aku. Selama ini aku gak benar-benar tau ingredients krim yang aku gunakan karena pada umumnya packaging krim polos. Dari sinilah aku mulai research mengenai jenis kulit aku serta kandungan apa yang paling gak cocok dan/ cocok di kulit aku. Setelah melakukan research, aku jadi sangat selektif akan produk yang aku gunakan.


Kini, perawatan kulit aku dititik beratkan hanya pada masker dan cleansing saja. Jenis masker yang aku gunakan beragam yang penting parabean and fragnance free. Aku gak pakai krim pagi dan malam seperti dulu, dan hasilnya jauh lebih memuaskan karena aku merasa kulit aku nyaman dengan kondisi yang sekarang. Meski kulit aku gak seputih dulu, aku bisa merasakan bahwa mereka lebih bahagia. You might think that I’m crazy but this how I really feel right now. I’ve such a connection towards my skin and it’s bonded well.  Berikut adalah kondisi kulit aku saat ini.



KONDISI JULY 2017









For all of you yang punya masalah sama kayak aku, kalian harus coba memahami dan “berdamai” dengan kulit kalian. Trust me, it’s really worth it. Aku gak pernah ngerasa se-percaya diri ini sebelumnya padahal kondisi kulit aku masih punya banyak kekurangan. But is that how sincere love works, isn’t  it? Well that’s it! Semoga tulisan ini membantu. Tulisan selanjutnya adalah mengenai “My Skin Care Routine”. Please looking forward on it :) See ya!

Friday, October 26, 2012

Before I Close The Day

" rather die fighting than live in vain "

The Way You Look at Them

Poems for Gaza
Gaza Poetry
Poems of the NAKBA: the Holocaust of the Children of Palestine


I, too, have a dream ...
that one day they will see me as I am:
a small child, lonely and afraid,
staring down the barrels of their big bazookas,
knowing I did nothing
to deserve their hatred.
―The Child Poets of Gaza



Wednesday, November 2, 2011

MERDEKA YANG TERJAJAH

Indonesia telah merdeka 66 tahun lalu. Sungguh anugrah Tuhan Yang Maha Esa,  Negara ini sudah kaya akan sumber daya alam, kaya akan budaya, kaya akan laut dan wilayah, merdeka pula! Tapi mengapa? Mengapa sampai saat ini Indonesia saat ini  seakan akan belum merdeka? Indonesia masih terjajah. Terjajah oleh bangsanya sendiri, terjajah oleh kita!

Hal ini benar mengingat Negara kita seakan kehilangan